31 Maret 2011

Metode Valuasi Teknologi

Valuasi
Setiap aset memiliki sebuah nilai. Kunci sukses dari investasi dan mengatur aset adalah mengetahui dan mengerti bagaimana menilai suatu aset dan juga mengetahui asal/sumber dari nilai aset tersebut. Metode valuasi dapat digunakan untuk mengetahui nilai dari suatu aset.

Nilai (value) merupakan persepsi seseorang, yaitu harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasaan, dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran nilai atau harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya (Johansson, 1987).

Valuasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Johansson, 1987). Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk mencapai tujuan dengan cara melakukan prediksi atas hasil yang akan didapat (Turner, 2000). Valuasi berguna dalam analisis pendahuluan (portfolio), pendanaan, pengembangan bisnis, dan gabungan serta kegiatan akuisisi.

Penilaian bisnis (valuasi) merupakan suatu proses kegiatan yang harus dilakukan untuk sampai pada suatu pendapat atau perkiraan tentang nilai dari suatu perusahaan atau dari suatu penyertaan dalam perusahaan. Tujuan dilakukannya adalah untuk bermacam kepentingan dan tujuan, antara lain adalah dalam melakukan aktivitas merger dan akuisisi. Kesalahan dalam melakukan penilaian dan penentuan nilai pasar wajar dari suatu perusahaan akan menimbulkan dampak negatif bagi kedua belah pihak, baik bagi pembeli ataupun penjual.

Menurut Turner (2000) terdapat enam metode valuasi teknologi, yaitu:

1. Discounted Cash Flow (DCF), merupakan suatu teknik pembuatan model keuangan yang didasarkan pada asumsi prospek arus kas suatu properti atau usaha. Sebagai metode yang dapat diterima dalam pendekatan pendapatan, analisis DCF melibatkan proyeksi arus kas untuk suatu periode baik untuk menilai properti operasional, properti dalam pengembangan atau bisnis. Proyeksi arus kas tersebut memerlukan diskonto pasar yang berlaku saat ini untuk mendapatkan indikasi nilai kini dari arus kas dalam kaitannya dengan properti atau bisnis. Dalam hal penilaian properti operasional, arus kas secara berkala pada umumnya diestimasikan sebagai pendapatan kotor dikurangi kekosongan dan piutang tak tertagih, serta biaya operasional. Pendapatan operasional bersih dalam suatu periode bersama dengan estimasi nilai akhir (terminal value/exit value) pada akhir periode proyeksi, kemudian didiskonto. Dalam hal penilaian properti dalam pengembangan, estimasi modal, biaya pengembangan dan pendapatan penjualan diestimasikan untuk mencapai sejumlah pendapatan bersih yang kemudian didiskonto selama periode pengembangan dan periode pemasaran. Dalam hal penilaian bisnis, estimasi arus kas dalam suatu periode dan nilai dari bisnis pada akhir periode proyeksi, didiskontokan. Aplikasi analisis DCF yang paling sering digunakan adalah Nilai Kini (Present Value), Nilai Kini Bersih (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return) dari arus kas. 

Nilai DCF sangat bergantung pada besarnya nilai Risk-Adjusted Hurdle Rate (RAHR) atau nilai k. Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu: pemilihan waktu, besarnya nilai dan resiko untuk pembayaran masa depan. Secara umum, metode discounted cash flow dirumuskan sebagai berikut:


2. Monte Carlo dan Real Option, yaitu metode valuasi teknologi berdasarkan pada aliran kas dengan berbagai macam asumsi dari penerimaan dan biaya. Pada metode Monte Carlo, satu perhitungan tidak dibatasi untuk menghasilkan satu nilai perkiraan dari variabel-variabel utama seperti penerimaan, biaya atau resiko. Perkiraan dibuat berdasarkan pada rentang pengeluaran dengan berbagai macam kemungkinannya, sedangkan pada metode real option digunakan ketika berhadapan dengan perhitungan proyek berjangka waktu panjang. Pada proyek ini, pengeluaran dihitung pada awal proyek dengan umur proyek yang lama dantingkat pengembalian proyek berada di akhir proyek, maka penggunaan satu nilai Risk-Adjusted Hurdle Rates (RAHR) atau nilai k akan membuat semua proyek bernilai ekonomi menguntungkan karena adanya faktor B/(1+k) n, yaitu nilai n yang besar. Metode ini akan mengevaluasi semua investasi dan penerimaan dalam berbagai macam kemungkinan.
    Selama ini metode Real Options (RO) sering dianggap merupakan alternatif bagi metode DCF dengan memasukkan unsur fleksibilitas manajemen dalam menghadapi uncertainty kedepan. Secara teori sebenarnya ada perbedaan yang mendasar antara DCF dan RO. Perbedaan mendasar dari dua metode ini adalah bagaimana pendekatannya dalam mempertimbangkan faktor risiko terhadap cash flow suatu project. Dalam DCF, pendekatannya adalah dengan menggunakan satu discount factor yang merupakan gabungan antara faktor risiko atas uncertainty dan waktu, dimana discount factor ini yang akan digunakan untuk menghitung Net Present Value dari cash flow suatu project. Sedangkan dalam RO, pendekatan ini berusaha memisahkan faktor-faktor diatas yaitu risiko atas uncertainty dan waktu. Risiko atas uncertainty tersebut akan diaplikasikan ke setiap sumber (variable) sehingga akan didapat cash flow yang sudah diberi faktor risiko, sebelum akhirnya cash flow ini diberi faktor risiko atas waktu untuk mendapatkan NPV versi RO ini.

    3. Standarisasi industri (Industry Standards), yaitu mendesain sebuah database dari kesepakatan-kesepakatan kerjasama komersialisasi teknologi baru yang sudah pernah dilakukan oleh investor dan inventor. Metode standarisasi industri merupakan sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik ketika teknologi yang sudah dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya.

    4. Perankingan (Rating/Ranking), yaitu membandingkan kesepakatan perjanjian komersialisasi teknologi yang sudah pernah dilakukan. Metode ini memerlukan identifikasi kesepakatan teknologi yang sudah terdokumentasikan. Ketika kesepakatan teknologi-teknologi sudah terdokumentasikan, maka kesepakatan teknologi yang mempunyai ke miripan dapat dibandingkan dengan kesepakatan yang sudah pernah dilakukan, sehingga dalam penggunaannya metode ini sangat berhubungan dengan metode standarisasi industri.

    5. Pelelangan (Auctions), yaitu menilai teknologi berdasarkan kesepakatan yang sedang dilakukan sekarang untuk menawarkan perjanjian kerjasama komersialisasi teknologi. Hal ini yang membedakan dengan metode industry standards yang menggunakan informasi pasar dari kesepakatan-kesepakatan yang sudah pernah dilakukan dan mempunyai kemiripan dengan teknologi yang sedang dinilai.

    6. Ibu jari (Rules of Thumb), yaitu mengidentifikasikan dan menggunakan data pemasaran yang sesuai sebagai acuan dalam penilaian. Rules of thumb merupakan panduan yang sangat berguna bagi pengambil keputusan berdasarkan pada berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai teknologi. Metode ini mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan cepat diaplikasikan ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari metode ini adalah negosiasi antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki pemikiran yang sama sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan.

    Valuasi dapat menjadi tidak akurat apabila nilai hasil valuasi tidak mewakili dari waktu yang diperlukan dan jumlah uang yang telah diinvestasikan untuk menghasilkan suatu teknologi. Nilai itu juga bergantung pada tingkat aksesibilitas teknologi tersebut. Semakin sulit untuk ditiru maka akan semakin baik posisinya dalam mendapatkan keuntungan. Masa hidup dan nilai dari teknologi dapat dipengaruhi pada munculnya suatu teknologi baru yang dapat menggantikan teknologi tersebut sehingga penetapan harga menjadi sangat sulit dilakukan bila melihat daur hidup dari teknologi baru tersebut. Metode valuasi rules of thumb adalah penggunaan dari formula sederhana yang mengestimasi nilai dari bisnis tertentu dengan membuat sebuah petunjuk harga dari bisnis yang pasti. Metode valuasi rules of thumb mengacu kepada beragam karakteristik unik dari setiap target bisnis yang akan divaluasi.

    Referensi :
    - Johansson, P. 1987. The Economic Theory and Measurement of Environmental Benefits. Cambridge University Press.
    - Turner, J. 2000. Valuation of intellectual property assets; valuation techniques: Parameters, methodologies, and limitations. WIPO Asian Reg. Forum on Intell. Prop. Stra. for the Promotion of Innov. and Invent. Acts. Taejon, South Korea. Nov. 2000. 14p.

    2 komentar:

    Anonim mengatakan...

    Thank you for the refrence,, really helpful.

    Lutfi Setiyono mengatakan...

    You are welcome..

     
    Design by Free WordPress Themes | Customized by Blurry Eyes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons