31 Maret 2011

Komersialisasi Teknologi

Strategi
Komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau proses dan penerapan proses dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan sebagainya. Tahapan-tahapan komersialisasi sebuah produk umumnya seperti yang terlihat pada gambar berikut. (Goenadi, 2000).

Tahapan Komersialisasi

Invensi adalah suatu upaya untuk menciptakan atau membuat sesuatu yang baru dan bermanfaat sehingga dapat memecahkan secara teknis persoalan yang dihadapi oleh manusia, masyarakat, atau lingkungan. Kegiatan ini meliputi aktivitas imajinasi ide, pengamatan, formulasi invensi, dan uji coba. 

Sebuah invensi pada dasarnya merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah teknis, oleh karena itu sangat penting untuk memperoleh perlindungan hukum sebelum mengkomersialkannya. Pada beberapa kasus, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan sebelum sebuah invensi dapat diwujudkan dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi komersial, bahkan setelah produksi dari invensi baru dilaksanakan, upaya lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memasarkannya, yang juga memerlukan dukungan sumberdaya manusia, investasi, waktu, dan kerja kreatif.

Komersialisasi invensi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah hasil invensi. Kegiatan ini cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan sebagainya (Goenadi, 2000).

Komersialisasi invensi tidak selalu mudah karena melibatkan berbagai pelaku dan mekanisme yang cukup rumit. Tahapan utama yang sering sulit untuk dilakukan adalah melakukan valuasi (penetapan nilai) terhadap invensi yang akan dikomersialkan. Presentasi ini selanjutnya menyajikan secara singkat beberapa langkah strategis dalam proses komersialisasi invensi bernilai ekonomis (Turner, 2000).

Komersilisasi dari sebuah invensi adalah sebuah bentuk inovasi teknis yang merupakan sebuah kegiatan kreatif yang dapat diterapkan dengan mengubah suatu ide invensi menjadi produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi komersilisasi invensi, yaitu: infrastruktur untuk fasilitas alih teknologi, kebijakan keuangan, dan pajak. (Goenadi, 2000).

Inovasi adalah kegiatan untuk membawa invensi ke pasar atau komersialisasi, yang memerlukan perencanaan dan tidak dapat terjadi begitu saja. Kekayaan Intelektual (KI) telah menjadi unsur sangat penting dalam strategi modern untuk promosi dari inovasi dan invensi. oleh karena itu kekayaan intelektual merupakan alat penting bagi pembangunan.

Menurut Ducker (1985), inovasi adalah tindakan yang memberi sumberdaya kekuatan dan kemampuan baru untuk menciptakan kesejahteraan. Empat hal yang berkaitan dengan inovasi yaitu sebagai berikut:
  1. Inovasi mempunyai tujuan dan sistematis,dimulai dari menganalisis peluang
  2. Inovasi bersifat konseptual dan perseptual
  3. Agar efektif sebuah inovasi harus sederhana dan harus focus
  4. Inovasi yang efektif dimulai dari yang kecil
  5. Inovasi harus mengarah pada kepemimpinan
Terdapat juga persyarata-persyaratan dalam sebuah inovasi. Tiga persyaratan sebuah inovasi adalah sebagai berikut:
  1. Inovasi adalah karya sehingga membutuhkan pengetahuan
  2. Agar berhasil, inovator harus membina kekuatannya. Inovator yang berhasil harus melihat peluang dalam jajaran yang luas
  3. Inovasi adalah dampak dalam perekonomian dan masyarakat, suatu perubahan dalam perilaku pelanggan, guru, para petani, dan sebagainya.
Terdapat upaya dalam pemberdayaan kekayaan intelektual (KI) dengan cara komersialisasi investasi melalui teknologi, yaitu dengan cara pengalihan secara gratis, penjualan KI, dan lisensi KI. Berikut penjelasan tiap-tiap upaya dama pemberdayaan KI tersebut:

Pengalihan secara gratis

Penemu dapat memberikan temuannya secara gratis dalam rangka pertukaran dengan temuan lain. Cara tersebut sering dilakukan oleh industry perangkat lunak computer. Beberapa perusahaan perangkat lunak computer memberikan produknya secara gratis dalam versi yang kecil dan terbatas untuk mengikat konsumen agar menggunakannya secara lengkap. Penyerahan KI secara gratis dimaksudkan sebagai bagian dari pemasaran produk untuk memberikan jaminan pasar bagi lisensi komersial. 

Penjualan KI

Cara tersebut sulit dilakukan karena tidak mudah menentukan tingkat harga jual produk KI. Bila harga terlalu tinggi, tidak akan ada pembeli. Sementara itu, bila harga rendah maka penemu akan rugi. Kesulitan lainnya adalah penemu tidak mempunyai hak lagi untuk menggunakan hasil temuannya tanpa izin pemilik baru. 

Lisensi KI

Lisensi adalah hak pakai dari suatu temuan dalam periode tertentu di wilayah tertentu sebagai pengganti uang atau kompensasi lainnya. Lisensi bersifat kontrak sehingga dilindungi oleh UU. Kekayaan Intelektual yang dapat dilisensikan adalah paten, merek dagang, hak cipta, rahasia dagang, dan lainnya. Keuntungan lisensi adalah si penemu tetap memiliki temuannya dan penemu tetap dapat menggunakan temuannya untuk tujuan non-komersial.

Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Menurut Kotler (2003), dari segi sosial pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya. Menurut Kotler (2003), alat bauran pemasaran dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yang disebut empat P yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).

Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual produk atau jasa tersebut. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli dan selanjutnya perusahaan menyediakan semua produk atau jasa yang diinginkan (Kotler, 2003)

Analisis terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT. Analisis ini mencakup pemantauan lingkungan pemasaran secara internal maupun eksternal. Lingkungan eksternal mencakup analisis peluang dan ancaman sedangkan lingkungan internal mencakup analisis kekuatan dan kelemahan (Kotler, 2003).

Analisis pasar terdiri dari segmentasi, targeting dan positioning. Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup (Kotler,2003). 

Segmentasi tersebut memiliki peran penting karena beberapa alasan; pertama, segmentasi memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya. Kedua, segmentasi merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen strategi. Ketiga, segmentasi merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing (Kotler, 2003).

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi perusahaan pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang akan dijadikan target, yaitu: perusahaan harus memastikan bahwa segmen pasar yang dibidik itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi perusahaan, strategi targeting didasarkan pada keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan, segmen pasar yang dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya (Kotler, 2003).

Posisioning adalah suatu metode untuk membuat sebuah produk yang berbeda dengan produk pesaing dalam bentuk brand image, menyatakan positioning sebagai ”the strategy for leading your cutomers credibly” yaitu suatu strategi untuk membangun kepercayaan, keyakinan dan kompetensi bagi konsumen. Posisioning adalah mengenai cara perusahaan mendapatkan kepercayaan pelanggan untuk dengan sukarela mengikuti perusahaan (Kotler, 2003).

Referensi :
- Goenadi, D. H. 2000. Pengalaman Pemasaran Teknologi Pertanian Bernilai Komersial. Lokakarya Komersialisasi dan Alih Teknologi Hasil Penelitian Pertanian., Bogor, Januari 2000. 14 hal.
- Turner, J. 2000. Valuation of Intellectual Property Assets; Valuation Techniques: Parameters, Methodologies, and Limitations. WIPO Asian Reg. Forum on Intell. Prop. Stra. for the Promotion of Innov. and Invent. Acts. Taejon, South Korea. Nov. 2000. 14p.
- Ducker, Peter F. 1985. Inovasi dan Kewiraswataan, Praktek dan Dasar-Dasar. Erlangga. Jakarta.
- Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. Index. Jakarta.

Metode Valuasi Teknologi

Valuasi
Setiap aset memiliki sebuah nilai. Kunci sukses dari investasi dan mengatur aset adalah mengetahui dan mengerti bagaimana menilai suatu aset dan juga mengetahui asal/sumber dari nilai aset tersebut. Metode valuasi dapat digunakan untuk mengetahui nilai dari suatu aset.

Nilai (value) merupakan persepsi seseorang, yaitu harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasaan, dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran nilai atau harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya (Johansson, 1987).

Valuasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Johansson, 1987). Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk mencapai tujuan dengan cara melakukan prediksi atas hasil yang akan didapat (Turner, 2000). Valuasi berguna dalam analisis pendahuluan (portfolio), pendanaan, pengembangan bisnis, dan gabungan serta kegiatan akuisisi.

Penilaian bisnis (valuasi) merupakan suatu proses kegiatan yang harus dilakukan untuk sampai pada suatu pendapat atau perkiraan tentang nilai dari suatu perusahaan atau dari suatu penyertaan dalam perusahaan. Tujuan dilakukannya adalah untuk bermacam kepentingan dan tujuan, antara lain adalah dalam melakukan aktivitas merger dan akuisisi. Kesalahan dalam melakukan penilaian dan penentuan nilai pasar wajar dari suatu perusahaan akan menimbulkan dampak negatif bagi kedua belah pihak, baik bagi pembeli ataupun penjual.

Menurut Turner (2000) terdapat enam metode valuasi teknologi, yaitu:

1. Discounted Cash Flow (DCF), merupakan suatu teknik pembuatan model keuangan yang didasarkan pada asumsi prospek arus kas suatu properti atau usaha. Sebagai metode yang dapat diterima dalam pendekatan pendapatan, analisis DCF melibatkan proyeksi arus kas untuk suatu periode baik untuk menilai properti operasional, properti dalam pengembangan atau bisnis. Proyeksi arus kas tersebut memerlukan diskonto pasar yang berlaku saat ini untuk mendapatkan indikasi nilai kini dari arus kas dalam kaitannya dengan properti atau bisnis. Dalam hal penilaian properti operasional, arus kas secara berkala pada umumnya diestimasikan sebagai pendapatan kotor dikurangi kekosongan dan piutang tak tertagih, serta biaya operasional. Pendapatan operasional bersih dalam suatu periode bersama dengan estimasi nilai akhir (terminal value/exit value) pada akhir periode proyeksi, kemudian didiskonto. Dalam hal penilaian properti dalam pengembangan, estimasi modal, biaya pengembangan dan pendapatan penjualan diestimasikan untuk mencapai sejumlah pendapatan bersih yang kemudian didiskonto selama periode pengembangan dan periode pemasaran. Dalam hal penilaian bisnis, estimasi arus kas dalam suatu periode dan nilai dari bisnis pada akhir periode proyeksi, didiskontokan. Aplikasi analisis DCF yang paling sering digunakan adalah Nilai Kini (Present Value), Nilai Kini Bersih (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return) dari arus kas. 

Nilai DCF sangat bergantung pada besarnya nilai Risk-Adjusted Hurdle Rate (RAHR) atau nilai k. Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu: pemilihan waktu, besarnya nilai dan resiko untuk pembayaran masa depan. Secara umum, metode discounted cash flow dirumuskan sebagai berikut:


2. Monte Carlo dan Real Option, yaitu metode valuasi teknologi berdasarkan pada aliran kas dengan berbagai macam asumsi dari penerimaan dan biaya. Pada metode Monte Carlo, satu perhitungan tidak dibatasi untuk menghasilkan satu nilai perkiraan dari variabel-variabel utama seperti penerimaan, biaya atau resiko. Perkiraan dibuat berdasarkan pada rentang pengeluaran dengan berbagai macam kemungkinannya, sedangkan pada metode real option digunakan ketika berhadapan dengan perhitungan proyek berjangka waktu panjang. Pada proyek ini, pengeluaran dihitung pada awal proyek dengan umur proyek yang lama dantingkat pengembalian proyek berada di akhir proyek, maka penggunaan satu nilai Risk-Adjusted Hurdle Rates (RAHR) atau nilai k akan membuat semua proyek bernilai ekonomi menguntungkan karena adanya faktor B/(1+k) n, yaitu nilai n yang besar. Metode ini akan mengevaluasi semua investasi dan penerimaan dalam berbagai macam kemungkinan.
    Selama ini metode Real Options (RO) sering dianggap merupakan alternatif bagi metode DCF dengan memasukkan unsur fleksibilitas manajemen dalam menghadapi uncertainty kedepan. Secara teori sebenarnya ada perbedaan yang mendasar antara DCF dan RO. Perbedaan mendasar dari dua metode ini adalah bagaimana pendekatannya dalam mempertimbangkan faktor risiko terhadap cash flow suatu project. Dalam DCF, pendekatannya adalah dengan menggunakan satu discount factor yang merupakan gabungan antara faktor risiko atas uncertainty dan waktu, dimana discount factor ini yang akan digunakan untuk menghitung Net Present Value dari cash flow suatu project. Sedangkan dalam RO, pendekatan ini berusaha memisahkan faktor-faktor diatas yaitu risiko atas uncertainty dan waktu. Risiko atas uncertainty tersebut akan diaplikasikan ke setiap sumber (variable) sehingga akan didapat cash flow yang sudah diberi faktor risiko, sebelum akhirnya cash flow ini diberi faktor risiko atas waktu untuk mendapatkan NPV versi RO ini.

    3. Standarisasi industri (Industry Standards), yaitu mendesain sebuah database dari kesepakatan-kesepakatan kerjasama komersialisasi teknologi baru yang sudah pernah dilakukan oleh investor dan inventor. Metode standarisasi industri merupakan sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik ketika teknologi yang sudah dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya.

    4. Perankingan (Rating/Ranking), yaitu membandingkan kesepakatan perjanjian komersialisasi teknologi yang sudah pernah dilakukan. Metode ini memerlukan identifikasi kesepakatan teknologi yang sudah terdokumentasikan. Ketika kesepakatan teknologi-teknologi sudah terdokumentasikan, maka kesepakatan teknologi yang mempunyai ke miripan dapat dibandingkan dengan kesepakatan yang sudah pernah dilakukan, sehingga dalam penggunaannya metode ini sangat berhubungan dengan metode standarisasi industri.

    5. Pelelangan (Auctions), yaitu menilai teknologi berdasarkan kesepakatan yang sedang dilakukan sekarang untuk menawarkan perjanjian kerjasama komersialisasi teknologi. Hal ini yang membedakan dengan metode industry standards yang menggunakan informasi pasar dari kesepakatan-kesepakatan yang sudah pernah dilakukan dan mempunyai kemiripan dengan teknologi yang sedang dinilai.

    6. Ibu jari (Rules of Thumb), yaitu mengidentifikasikan dan menggunakan data pemasaran yang sesuai sebagai acuan dalam penilaian. Rules of thumb merupakan panduan yang sangat berguna bagi pengambil keputusan berdasarkan pada berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai teknologi. Metode ini mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan cepat diaplikasikan ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari metode ini adalah negosiasi antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki pemikiran yang sama sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan.

    Valuasi dapat menjadi tidak akurat apabila nilai hasil valuasi tidak mewakili dari waktu yang diperlukan dan jumlah uang yang telah diinvestasikan untuk menghasilkan suatu teknologi. Nilai itu juga bergantung pada tingkat aksesibilitas teknologi tersebut. Semakin sulit untuk ditiru maka akan semakin baik posisinya dalam mendapatkan keuntungan. Masa hidup dan nilai dari teknologi dapat dipengaruhi pada munculnya suatu teknologi baru yang dapat menggantikan teknologi tersebut sehingga penetapan harga menjadi sangat sulit dilakukan bila melihat daur hidup dari teknologi baru tersebut. Metode valuasi rules of thumb adalah penggunaan dari formula sederhana yang mengestimasi nilai dari bisnis tertentu dengan membuat sebuah petunjuk harga dari bisnis yang pasti. Metode valuasi rules of thumb mengacu kepada beragam karakteristik unik dari setiap target bisnis yang akan divaluasi.

    Referensi :
    - Johansson, P. 1987. The Economic Theory and Measurement of Environmental Benefits. Cambridge University Press.
    - Turner, J. 2000. Valuation of intellectual property assets; valuation techniques: Parameters, methodologies, and limitations. WIPO Asian Reg. Forum on Intell. Prop. Stra. for the Promotion of Innov. and Invent. Acts. Taejon, South Korea. Nov. 2000. 14p.

    19 Maret 2011

    Entrepreneurial Youth 2011

    Klik gambar untuk memperbesar
    E-Youth kali ini akan mengangkat tema Ekonomi Kreatif. Sebagai negara besar, Indonesia harus mengembangkan dan memajukan ekonomi kreatif, sebab industri kreatif memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan. Selain itu, industri kreatif menciptakan iklim bisnis yang positif dan membangun identitas serta citra bangsa. Berkembangnya ekonomi kreatif diharapkan mampu menstabilkan perekonomian negara dengan tidak terlalu fokus pada sektor properti dan finansial yang rentan dengan krisis.

    E-Youth 2011 akan terdiri dari empat rangkaian acara, yakni:
    1. Seminar
    2. Workshop
    3. Real Business Competition
    4. Bedah Buku
    Info lengkap kunjungi situs http://www.eyouth-ub.com
     

    Tanaman Tembakau dan Pengolahannya

    Kebun tembakau
    Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang, dan daun diliputi oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata mencapai 250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi sampai 4 m apabila syarat–syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata kurang dari 1 tahun. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, dan kedudukan daun pada batang tegak (Abdullah, 1982). 

    Menurut Cahyono (1998), tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :
    - Famili : Solanaceae
    - Sub Famili : Nicotianae
    - Genus : Nicotianae
    - Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica 

    Proses pengolahan tembakau sebelumnya diawali dengan melakukan pemetikan daun tembakau. Pemetikan dilakukan setelah berumur 65-70 HST. Pemetikan daun harus dilakukan dengan benar dan tepat baik tepat waktu, cara dan kriteria kematangan daun yang dipanaen. 

    Menurut Badri et al. (1994), kematangan daun di pohon sesuai dengan posisi daun pada tanaman, yaitu:
    • Pemetikan daun bawah (3-4 lembar), daun mendekati kehijau-hijauan, gagang daun keputih-putihan.
    • Pemetikan daun tengah (4-6 lembar), daun yang telah matang, kuning kenanga.
    • Petikan daun atas (6-9 lembar), daun yang telah matang benar.
    • Petikan daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar matang.
      Klasifikasi daun tembakau Virginia berdasarkan letak daun pada batang (Sumber: Abdullah, 1982)
      Sifat-sifat yang penting sebagai akibat perbedaan letak daun pada batang antara lain yaitu panjang, lebar, tekstur, kekenyalan, kepadatan, dan jumlah buluh kelenjar pada daun tembakau. Semakin ke atas maka daun tembakau semakin tebal dan beratnya akan semakin bertambah sesuai dengan letak daun yang bertambah tinggi.

      Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural di tanaman tembakau. Nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman lain dari famili biologis Solanaceae seperti tomat, kentang, terung dan merica hijau pada level yang sangat kecil dibanding pada tembakau. Zat alkaloid telah diketahui memiliki sifat farmakologi, seperti efek stimulan dari kafein yang meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.

      Alkaloid nikotin mengalami proses metabolisme, yaitu suatu proses dimana nikotin mengalami perubahan struktur karena adanya senyawa–senyawa kimia di sekitarnya. Proses metabolisme nikotin dalam tembakau disajikan dalam gambar berikut.

      Skema metabolisme nikotin dalam tembakau (Sumber: Wolff, 1994)
      Dalam pengolahan daun tembakau, terdapat dua jenis pengolahan, yaitu perajangan dan pengkrosokan. Pada proses perajangan, daun tembakau digulung dan diiris tipis, kemudian dilakukan penjemuran dengan matahari. Pada proses pengkrosokan, daun tembakau terlebih dahulu disujen dan digantung pada bambu atau kayu, kemudian dilakukan pengomprongan.

      Penjemuran pada intensitas sinar matahari mengakibatkan warna kuning tidak dapat dipertahankan lagi dan berubah menjadi coklat atau coklat tua, tembakau menjadi kurang elastic dan terasa kasar dipegang dengan kenampakan tidak cerah, bercak-bercak ditumbuhi jamur, aroma tidak harum.

      Menurut Nasution (1985), dalam melakukan pekerjaan penyujenan perlu mengikuti beberapa ketentuan berikut ini:
      • Untuk daun panjang I (45 cm ke atas) 6 atau 8 helai daun per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang 3 jari.
      • Untuk daun panjang II (35 sampai 45 cm) 10 sampai 12 helai daun per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang dua setengah jari.
      • Untuk daun panjang III (25 sampai 35 cm) 16 sampai 13 helai daun per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang dua jari.
      • Untuk daun panjang IV (kurang dari 25 cm) 20 sampai 22 helai daun per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang satu setengan jari.
      Ketentuan yang dipaparkan oleh Nasution (1985) maksudkan agar jumlah daun per biting tidak terlalu berdekatan. Hal ini dikarenakan, jika jarak antar sujenan terlalu berdekatan maka aerasi udara akan terhambat dan daun muda menjadi busuk.

      Mutu tembakau adalah total sifat kimia dan organoleptik yang dapat ditransformasikan oleh perusahaan, pedagang, perokok untuk mencapai tujuan tertentu sampai batas ekonomi dan rasa yang masih dapat diterima. Beberapa sifat fisik yang diuji terdiri atas elastisitas, kadar air, daya mekar, kecarahan, dan lain-lain. Sifat kimia antara lain gula, pati, nikotin, khlor, nitrogen total, dan lain-lain.

      Aplikasi tembakau setelah pengolahan tersebut adalah sebagai bahan baku rokok. Aplikasi lainnya dalam kehidupan masyarakat tradisional, tembakau biasa digunakan sebagai tembakau kunyah atau tembakau sugi (seperti sirih). Aplikasi tembakau lainnya sedang dalam pengembangan, yaitu sebagai biopestisida atau pestisida organik.

      Referensi :
      • Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. Jakarta : CV Yasaguna.
      • Badri, M.H.S Amisastro, M. Anthana, dan K. Hardika. 1994. Standar Operasional Kultur Teknis Tembakau. Leaf Department PT BAT Indonesia. Surakarta. 64 hal.
      • Cahyono, Bambang. 1998. Tembakau, Budi daya dan Analisis Tani. Yogyakarta : Kanisius.
      • Wolff, Manfread. 1994. Asas – Asas Kimia Medisinal. Edisi keempat. Yogyakarta : Gajah Mada Press.
      • Zein nasution, Wachjudin Tjiptadi, dan Goutara.1985. Pengolahan Tembakau. Bogor : Agroindustri press IPB.

      17 Maret 2011

      Minyak Kelapa Sawit Merah Prospektif

      Ketua Umum ETF, G. Sulistiyanto (kiri), Direktur Utama PT SMART Tbk., Daud Dharsono serta Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Dr. Ir. Sam Herodian seusai penandatanganan kerja sama Pemanfaatan Provitamin A Minyak Sawit Merah Untuk Mengatasai Kerkurangan Vitamin A di Masyarakat Indonesia di Kampus IPB Darmaga, Bogor (17/3).
      Riset perkelapasawitan yang semakin maju menemukan prospek bisnis baru sektor kesehatan dari produksi minyak goreng sawit merah yang mengandung vitamin A dan E. Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar dunia berpeluang menghasilkan produk minyak nabati baru yang sehat.

      Demikian siaran pers peluncuran kerja sama program sosial Eka Tjipta Foundation (ETF), milik kelompok usaha Sinar Mas, yang diterima di Jakarta, Kamis (17/3). Acara ini dihadiri Ketua Umum ETF G. Sulistiyanto, Direktur Utama PT SMART Tbk Daud Dharsono, dan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Sam Herodian.

      Sedikitnya 10 juta anak dan jutaan penduduk miskin di Indonesia masih kekurangan Vitamin A, yang bermanfaat bagi mata dan menjaga regenerasi sel, imunitas, dan menurunkan risiko penyakit kanker dan lupus.

      Untuk tahap awal, IPB akan menjalankan program pemberian vitamin A bagi masyarakat miskin di Bogor barat, Jawa Barat, yang terkandung dalam minyak goreng merah produksi PT SMART Tbk. Hal ini merupakan bagian dari sosialisasi manfaat minyak goreng merah dari kelapa sawit.

      Kelapa sawit merupakan penghasil karotenoid tertinggi di dunia. Minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) olahan tahap pertama berwarna merah pekat dan mengandung beta karoten provitamin A sebanyak 600-1000 mg per kg atau ppm.

      Karotenoid yang terdapat dalam minyak sawit merupakan provitamin A yang sangat mudah diserap oleh sel mukosa saluran pencernaan manusia lalu diubah menjadi vitamin A atau retinol dengan potensi konversi sebesar 98%. Potensi ini menjadikan minyak sawit merah sebagai sumber vitamin A yang jauh lebih efektif dan murah dibandingkan sumber vitamin A lainnya.

      Selama ini proses pengolahan CPO menjadi minyak sawit goreng meliputi penghancuran provitamin A secara besar-besaran untuk memperoleh minyak goreng yang jernih atau berwarna agak kuning. Proses pengolahan ini, yang disebut sebagai pemurnian, juga merusak vitamin E yang juga terkandung dalam CPO.

      Jika produksi CPO di Indonesia mencapai minimal 16 juta ton per tahun, sementara kandungan karotenoid provitamin A sebesar 550 ppm, maka jumlah provitamin A yang hancur sedikitnya 7.700 ton per tahun.

      Vitamin A sebanyak itu dapat memenuhi kebutuhan sedikitnya 30 miliar orang per tahun dengan perhitungan rata-rata kebutuhan per orang sebesar 700 mcg retinol ekivalen per hari.

      Sumber :

      16 Maret 2011

      Joke "Antonim" antara Guru dan Murid

      Guru dan Murid
      Joke ini sebenarnya sudah tidak asing lagi dibaca atau didengar. Namun ada beberapa versi baru yang tetap dapat mengundang tawa (minimal senyum aja deh..hehe). Di bawah ini ada dua versi, yaitu versi teks dan versi audio visual (video). Dijamin menghibur... hehe.. chek it broot....!!

      Versi Teks

      Alkisah di suatu STM terkemuka di Cilacap.. diselenggarakanlah pelajaran Bahasa Indonesia..
      -Murid2: Selamat pagi, Pak Guru!!!
      -Bu Guru (dengan suara melengking):Mengapa bilang selamat pagi saja? Kalau begitu siang, sore dan malam kalian mendoakan saya tidak selamat ya?
      -Murid2: Selamat pagi, siang dan sore Pak Guru.
      -Bu Guru: Kenapa panjang sekali? Tidak pernah orang mengucapkan selamat seperti itu! Katakan saja selamat sejahtera, bukankah lebih bagus didengar dan penuh makna? Lagipula ucapan ini meliputi semua masa dan keadaan.
      -Murid2: Selamat sejahtera Pak Guru!
      -Bu Guru: Sama-sama, duduk! Dengar baik-baik. Hari ini Pak Guru akan menguji kalian semua tentang lawanan kata atau antonim kata. Kalau Bu Guru sebutkan perkataannya, kalian semua harus cepat menjawabnya dengan lawan katanya, mengerti?
      -Murid2: Mengerti Pak Guru
      -Guru: Pandai!
      -Murid2: Bodoh!
      -Guru: Tinggi!
      -Murid2: Rendah!
      -Guru: Jauh!
      -Murid2: Dekat!
      -Guru: Berjaya!
      -Murid2: Menang!
      -Guru: Salah itu!
      -Murid2: Betul ini!
      -Guru (geram): Bodoh!
      -Murid2: Pandai!
      -Guru: Bukan!
      -Murid2: Ya!
      -Guru (mulai pusing): Oh Tuhan!
      -Murid2: Oh Hamba!
      -Guru: Dengar ini
      -Murid2: Dengar itu
      -Guru: Diam!!!!!
      -Murid2: Ribut!!!!!
      -Guru: Itu bukan pertanyaan, bodoh!!!
      -Murid2: Ini adalah jawaban, pandai!!!
      -Guru: Mati aku!
      -Murid2: Hidup kami!
      -Guru: Saya rotan baru tau rasa!!
      -Murid2: Kita akar lama tak tau rasa!!
      -Guru: Malas aku ngajar kalian!
      -Murid2: Rajin kami belajar bu guru
      -Guru: Kalian gila semua!!!
      -Murid2: Kami waras sebagian!
      -Guru: Cukup! Cukup!
      -Murid2: Kurang! Kurang!
      -Guru: Sudah! Sudah!
      -Murid2: Belum! Belum!
      -Guru: Mengapa kamu semua bodoh sekali?
      -Murid2: Sebab saya seorang pandai!
      -Guru: Oh! Melawan, ya??!!
      -Murid2: Oh! Mengalah, tidak??!!
      -Guru: Kurang ajar!
      -Murid2: Cukup ajar!
      -Guru: Habis aku!
      -Murid2: Kekal kamu!
      -Guru (putus asa): O.K. Pelajaran sudah habis!
      -Murid2: K.O. Pelajaran belum mulai!
      -Guru: Sudah, bodoh!
      -Murid2: Belum, pandai!
      -Guru: Berdiri!
      -Murid2: Duduk!
      -Guru: Bego kalian ini!
      -Murid2: Cerdik kami itu!
      -Guru: Rusak!
      -Murid2: Baik!
      -Guru (stres): Kamu semua ditahan siang hari ini!!!
      -Murid2: Kami sebagian dilepaskan tengah malam itu!!
      -Guru (stres): 66666
      -Murid2: 99999
      -Guru (stres): !!!!!
      -Murid2: ?????


      Versi Video (Lebih ngakak,, Ane telen tang,,,, Guling-guling)


      Gimana??? Made in Indonesia tuh...
      hehehe,,,
      Semoga terhibur...

      Teori Motivasi Gitosudarmo & Mulyono (1999) dalam Membangun Etos Kerja

      Apa sih Teori Motivasi Gitosudarmo & Mulyono? Bagaimana teori motivasi ini berpengaruh dalam dunia kerja?

      Dalam teori ini, motivasi merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, atau dapat dikatakan motivasi sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Teori ini lebih diterapkan pada karyawan atau pekerja. Hal ini terkait dengan jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan.

      Tinggi rendahnya produktivitas suatu perusahaan bergantung pada motivasi keryawan atau pekerja untuk bekerja (Gitosudarmo dan Mulyono, 1999). Tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tidak akan tercapai tanpa adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja untuk bekerja. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar dari para karyawan maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

      Dalam teori Gitosudarmo dan Mulyono ini, terdapat dua macam motivasi terkait dengan bersedianya karyawan atau pekerja untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama. Motivasi pertama adalah motivasi finansial, dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan, dimana imbalan tersebut sering disebut insentif. Motivasi kedua adalah motivasi nonfinansial, dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia, dan lain sebagainya.

      Pada motivasi finansial, para karyawan akan terdorong untuk bekerja sungguh-sungguh dengan harapan bisa mendapatkan upah atau imbalan setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya. Motivasi ini dapat diterapkan pada sistem kerja dengan pendapatan yang dihitung sesuai dengan produk yang dapat di hasilkannya. Sebagai contoh dalam pekerjaan menjahit kancing, jadi penadapatannya dihutung dengan berapa jumlah kencing yang dapat terpasang pada baju, misal Rp 200,- per kancing.

      Pada motivasi nonfinansial, para karyawan akan mendapatkan dorongan untuk mendapatkan suatu kebanggaan prestasi. Biasanya dengan prestasi tersebut, karyawan akan lebih mudah untuk bisa naik peringkat atau posisinya. Dalam aplikasinya motivasi ini akan menuntut para karyawan untuk dapat saling bersaing dalam bekerja dan berprestasi dalam pekerjaannya.

      Teori motivasi dari Gitosudarmo dan Mulyono ini cukup efektif diterapkan dalam suatu industri maupun perusahaan. Secara sengaja atau tidak sengaja, serta secara sadar atau tak sadar, kini teori ini telah banyak digunakan oleh perusahaan dan industri.

      14 Maret 2011

      Mencari Uang dengan Blog : Iklan PPC (Pay-Per-Click) dan PTC (Pay-To-Click)

      "Gimana sih caranya dapet uang dari ngeblog? Blog gue pake bahasa Indonesia, bisa nggak dapet dollar?"

      Ada banyak cara mendapatkan uang melalui aktivitas blogging. Tentu saja dengan cara yang halal dan benar. Misalnya dengan cara memasang iklan yang memang usaha anda pribadi atau iklan jasa kemampuan anda sendiri, seperti jasa desain web, desain grafis, dan lain-lain.

      Cara lainnya yaitu dengan menampilkan iklan orang lain. Walaupun banyak penyedia jasa iklan blog yang mengharuskan blog-blog pemasang iklan harus memakai bahasa Inggris, salah satunya Google AdSanse, akan tetapi dengan blog anda yang berbahasa Indonesia, anda juga bisa manampilkan iklan. Salah satu cara yaitu dengan menampilkan Iklan PPC (Pay-Per-Click) Domestik.

      Saat ini setidaknya sudah ada 5 pelaku bisnis PPC domestik di Indonesia, yaitu KlikSaya.com, KumpulBlogger, PPCIndo, IndoFad dan Idblognetwork. Dengan menjadi publisher program-program PPC domestik, anda bisa menampilkan iklan berbahasa Indonesia dan mendapatkan komisi (tentu dalam rupiah) jika iklan tersebut di-klik oleh pengunjung blog Anda.

      Anda bisa menggunakan link-link dibawah ini jika ingin mendaftar program-program PPC domestik tersebut :
      Selanjutnya ada PTC (Pay-to-Click). Pay-to-click itu adalah bisnis online dimana kita akan di bayar dari setiap klik iklan yang kita klik. Ada banyak pelaku bisnis ini. dua diantaranya adalah Klikptc.com dan Duitbux.com. Untuk penjelasan lengkapnya, silahkan kunjungi link website dbawah ini. Yang pasti ini bisa menguntungkan. Daftar langsung aja di link ini.
      Selamat mencoba ya... 
      Ow, iya..klik iklan-iklan di blog saya ini ya... hehe...
      Terima kasih atas kerjasamanya...

      12 Maret 2011

      Tebak Jumlah Wajah

      Perhatikan dengan seksama gambar di bawah ini!
      Ini untuk menguji sebesar apa imajenasi dan daya penglihatan kamu.

      Pohon Wajah
      Di atas merupakan gambar pohon yang telah gugur semua daunnya. Dari gambar tersebut tergambar beberapa wajah dengan bentuk yang berbeda-beda. Coba kamu tebak. Ada berapa wajahkah yang tergambar pada gambar pohon tersebut?

      Keripik Singkong dan Syarat Mutunya

      Keripik singkong
      Keripik singkong merupakan produk olahan yang berbahan dasar singkong. Badan Standarisasi Nasional mendefinisikan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) bahwa keripik singkong adalah produk makanan ringan, dibuat dari umbi singkong (Manihot sp) diiris/dirajang, digoreng dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang lain dan tambahan makanan yang diizinkan.

      Bahan dasar keripik singkong ini, singkong (Manihot utilissima), cukup potensial untuk dikembangkan, karena singkong merupakan tanaman yang sudah sangat dikenal oleh petani dan dapat ditanam dengan mudah. Singkong mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi yaitu sebanyak 32.4 dan kalori 567.0 dalam 100 gram singkong. Singkong juga merupakan tanaman yang sangat fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Lahan untuk tanaman singkong tidak harus khusus, dan tidak memerlukan penggarapan intensif seperti halnya untuk tanaman hortikultura lainnya, misal sayuran (Suprapti, 2005).

      Keripik singkong ini merupakan suatu makanan yang banyak diminati oleh masyarakat. Hal tersebut memunculkan banyak industri-industri pangan yang memproduksi keripik singkong sehingga kini tidak lagi industri kecil, bahkan kini telah berkembang pesat industri besar, dimana industri ini mengolahnya dan mengemasnya lebih baik dibandingkan dengan dengan industri keripik singkong rumahan atau kecil. Kini mutu dan kualitas dari keripik singkong sangat diperhatikan.

      Di atas merupakan tabel syarat mutu dari keripik singkong, dimana data ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam table tersebut dapat dilihat batas-batas yang seharusnya, baik dari kadar air, kadar FFA, kerenyahan, dan juga aroma dari keripik singkong. Hal-hal tersebutlah yang mempengaruhi mutu dan kualitas dari keripik singkong yang dihasilkan.
      -----------------------------------------------------------------------

      Referensi :
      -Badan Standarisasi Nasional. SNI Keripik Singkong. SNI 01-4305-1996
      -Suprapti, M.L. 2005. Tepung Tapioka: Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta.

       
      Design by Free WordPress Themes | Customized by Blurry Eyes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons