19 Maret 2011

Tanaman Tembakau dan Pengolahannya

Kebun tembakau
Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang, dan daun diliputi oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata mencapai 250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi sampai 4 m apabila syarat–syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata kurang dari 1 tahun. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, dan kedudukan daun pada batang tegak (Abdullah, 1982). 

Menurut Cahyono (1998), tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :
- Famili : Solanaceae
- Sub Famili : Nicotianae
- Genus : Nicotianae
- Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica 

Proses pengolahan tembakau sebelumnya diawali dengan melakukan pemetikan daun tembakau. Pemetikan dilakukan setelah berumur 65-70 HST. Pemetikan daun harus dilakukan dengan benar dan tepat baik tepat waktu, cara dan kriteria kematangan daun yang dipanaen. 

Menurut Badri et al. (1994), kematangan daun di pohon sesuai dengan posisi daun pada tanaman, yaitu:
  • Pemetikan daun bawah (3-4 lembar), daun mendekati kehijau-hijauan, gagang daun keputih-putihan.
  • Pemetikan daun tengah (4-6 lembar), daun yang telah matang, kuning kenanga.
  • Petikan daun atas (6-9 lembar), daun yang telah matang benar.
  • Petikan daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar matang.
    Klasifikasi daun tembakau Virginia berdasarkan letak daun pada batang (Sumber: Abdullah, 1982)
    Sifat-sifat yang penting sebagai akibat perbedaan letak daun pada batang antara lain yaitu panjang, lebar, tekstur, kekenyalan, kepadatan, dan jumlah buluh kelenjar pada daun tembakau. Semakin ke atas maka daun tembakau semakin tebal dan beratnya akan semakin bertambah sesuai dengan letak daun yang bertambah tinggi.

    Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural di tanaman tembakau. Nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman lain dari famili biologis Solanaceae seperti tomat, kentang, terung dan merica hijau pada level yang sangat kecil dibanding pada tembakau. Zat alkaloid telah diketahui memiliki sifat farmakologi, seperti efek stimulan dari kafein yang meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.

    Alkaloid nikotin mengalami proses metabolisme, yaitu suatu proses dimana nikotin mengalami perubahan struktur karena adanya senyawa–senyawa kimia di sekitarnya. Proses metabolisme nikotin dalam tembakau disajikan dalam gambar berikut.

    Skema metabolisme nikotin dalam tembakau (Sumber: Wolff, 1994)
    Dalam pengolahan daun tembakau, terdapat dua jenis pengolahan, yaitu perajangan dan pengkrosokan. Pada proses perajangan, daun tembakau digulung dan diiris tipis, kemudian dilakukan penjemuran dengan matahari. Pada proses pengkrosokan, daun tembakau terlebih dahulu disujen dan digantung pada bambu atau kayu, kemudian dilakukan pengomprongan.

    Penjemuran pada intensitas sinar matahari mengakibatkan warna kuning tidak dapat dipertahankan lagi dan berubah menjadi coklat atau coklat tua, tembakau menjadi kurang elastic dan terasa kasar dipegang dengan kenampakan tidak cerah, bercak-bercak ditumbuhi jamur, aroma tidak harum.

    Menurut Nasution (1985), dalam melakukan pekerjaan penyujenan perlu mengikuti beberapa ketentuan berikut ini:
    • Untuk daun panjang I (45 cm ke atas) 6 atau 8 helai daun per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang 3 jari.
    • Untuk daun panjang II (35 sampai 45 cm) 10 sampai 12 helai daun per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang dua setengah jari.
    • Untuk daun panjang III (25 sampai 35 cm) 16 sampai 13 helai daun per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang dua jari.
    • Untuk daun panjang IV (kurang dari 25 cm) 20 sampai 22 helai daun per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang satu setengan jari.
    Ketentuan yang dipaparkan oleh Nasution (1985) maksudkan agar jumlah daun per biting tidak terlalu berdekatan. Hal ini dikarenakan, jika jarak antar sujenan terlalu berdekatan maka aerasi udara akan terhambat dan daun muda menjadi busuk.

    Mutu tembakau adalah total sifat kimia dan organoleptik yang dapat ditransformasikan oleh perusahaan, pedagang, perokok untuk mencapai tujuan tertentu sampai batas ekonomi dan rasa yang masih dapat diterima. Beberapa sifat fisik yang diuji terdiri atas elastisitas, kadar air, daya mekar, kecarahan, dan lain-lain. Sifat kimia antara lain gula, pati, nikotin, khlor, nitrogen total, dan lain-lain.

    Aplikasi tembakau setelah pengolahan tersebut adalah sebagai bahan baku rokok. Aplikasi lainnya dalam kehidupan masyarakat tradisional, tembakau biasa digunakan sebagai tembakau kunyah atau tembakau sugi (seperti sirih). Aplikasi tembakau lainnya sedang dalam pengembangan, yaitu sebagai biopestisida atau pestisida organik.

    Referensi :
    • Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. Jakarta : CV Yasaguna.
    • Badri, M.H.S Amisastro, M. Anthana, dan K. Hardika. 1994. Standar Operasional Kultur Teknis Tembakau. Leaf Department PT BAT Indonesia. Surakarta. 64 hal.
    • Cahyono, Bambang. 1998. Tembakau, Budi daya dan Analisis Tani. Yogyakarta : Kanisius.
    • Wolff, Manfread. 1994. Asas – Asas Kimia Medisinal. Edisi keempat. Yogyakarta : Gajah Mada Press.
    • Zein nasution, Wachjudin Tjiptadi, dan Goutara.1985. Pengolahan Tembakau. Bogor : Agroindustri press IPB.

    0 komentar:

     
    Design by Free WordPress Themes | Customized by Blurry Eyes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons